Tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Salah satunya, pada komposisi gerak berkelompok yang menciptakan irama gerak magic serta kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan.
Tarian yang kini lazim dikenal dengan sebutan Dance of a Thousand Hands itu memang sungguh memukau. Terutama karena kekompakan massal para penari menggoyang tubuh dan kepala secara serentak atau silang-menyilang. Juga dengan iringan suara musik tubuh lewat tepuk tangan, berselang-seling dengan tepukan di dada dan paha para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis.
Pada puncaknya, semua dilakukan dengan gerakan sangat cepat dalam posisi duduk berlutut atau tegak bertumpu pada lutut. Diselingi dengan semacam masa jeda, para penari kembali bergerak sangat energik. Syair-syair yang diucapkan selama pertunjukan pun serasa turut membangkitkan semangat penonton yang tak paham bahasa Gayo sekalipun.
Tari Saman tidak memiliki musik pengiring. Sebagai gantinya, iringan diperoleh dari tepuk tangan, tepukan tangan ke dada, dan gesekan ibu jari dan jari tengah.
Karena tidak ada musik yang mengiringi, syair yang didendangkan oleh penari memegang peranan penting dalam membangun dinamika. Cara menyanyikan syair pun ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Sejarah Tari Saman
Sekitar pada abad XIV Masehi oleh seorang Ulama bernama Syekh Saman yang berasal dari dataran tinggi Gayo - Aceh menciptakan dan mengembangkan tarian ini.Pada awalnya tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Kemudian berkembang dengan ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Tari saman merupakan salah satu media untuk penyampaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk acar-acara tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Sejalan kondisi Aceh dalam peperangan maka syekh menambahkan syair-syair yang manambah semangat juang rakyat Aceh. Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Sampai sekarang tari ini lebih sering di tampilkan dalam perayaan-perayaan keagamaan dan kenegaraan. Tarian ini pada awalnya kurang mendapat perhatian karena keterbatasan komunikasi dan informasi dari dunia luar. Tari ini mulai mengguncang panggung saat penampilannya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II dan peresmian pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Gemuruh Saman di TMII menggemparkan tidak hanya nusantara namun sampai ke manca negara.
Tarian yang kini lazim dikenal dengan sebutan Dance of a Thousand Hands itu memang sungguh memukau. Terutama karena kekompakan massal para penari menggoyang tubuh dan kepala secara serentak atau silang-menyilang. Juga dengan iringan suara musik tubuh lewat tepuk tangan, berselang-seling dengan tepukan di dada dan paha para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis.
Pada puncaknya, semua dilakukan dengan gerakan sangat cepat dalam posisi duduk berlutut atau tegak bertumpu pada lutut. Diselingi dengan semacam masa jeda, para penari kembali bergerak sangat energik. Syair-syair yang diucapkan selama pertunjukan pun serasa turut membangkitkan semangat penonton yang tak paham bahasa Gayo sekalipun.
Tari Saman tidak memiliki musik pengiring. Sebagai gantinya, iringan diperoleh dari tepuk tangan, tepukan tangan ke dada, dan gesekan ibu jari dan jari tengah.
Karena tidak ada musik yang mengiringi, syair yang didendangkan oleh penari memegang peranan penting dalam membangun dinamika. Cara menyanyikan syair pun ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Sejarah Tari Saman
Sekitar pada abad XIV Masehi oleh seorang Ulama bernama Syekh Saman yang berasal dari dataran tinggi Gayo - Aceh menciptakan dan mengembangkan tarian ini.Pada awalnya tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Kemudian berkembang dengan ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Tari saman merupakan salah satu media untuk penyampaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk acar-acara tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Sejalan kondisi Aceh dalam peperangan maka syekh menambahkan syair-syair yang manambah semangat juang rakyat Aceh. Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Sampai sekarang tari ini lebih sering di tampilkan dalam perayaan-perayaan keagamaan dan kenegaraan. Tarian ini pada awalnya kurang mendapat perhatian karena keterbatasan komunikasi dan informasi dari dunia luar. Tari ini mulai mengguncang panggung saat penampilannya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II dan peresmian pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Gemuruh Saman di TMII menggemparkan tidak hanya nusantara namun sampai ke manca negara.